Welcom to

Sabtu, 04 Desember 2010

Budaya Sasak

BANGUNAN RUMAH ADAT SASAK DAN FILOSOPINYA

Berikut saya perkenalkan salah satu budaya kebanggaan kita yang menjadi salah satu daya tarik keberagaman budaya nusantara, yakni Budaya suku Sasak.

A. Bangunan Rumah Adat :
Rumah sebagaimana pemahamannya adalah sebagai tempat berlindung sekaligus juga sebagai tempat menyimpan harta benda yang dimilikinya, dalam masyarakat komunitas Sasak, dalam membangun rumah itu disesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya disatu lingkungan, bangunan rumah tersebut memiliki nama sesuai dengan fungsi dankegunaannya serta nilai filosopi yang terkandong didalamnya, adapun jenis rumah antara lain sbb. :
1. BALE T A N I :
Bale Tani adalah bangunan rumah yang ditempati sebagai rumah…. tinggal oleh masyarakat komunitas Sasak dilingkungan kebanyakan terutama sekali yang berpencaharian sebagai petani, bangunan ini adalah satu buah rumah yangberlantaikan tanah dengan tata ruangnya terdiri dari satu ruang untuk serambi (Sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale), pada umumnya bale tani ini kamar (dalem bale) yang ada pada bangunan tersebut, tidak dipakai sebagai tempat tidur, melainkan untuk tempat menyimpan barang (harta benda) yang dimilikinya, kecuali bagi keluarga yang mempunyai anak gadis akan tidur dikamar (dalem bale), sedangkan tempat tidur bagi yang lain selain gadis adalah sebagian dari serambi yang ada, untuk keperluan masak memasak (dapur) masyarakat Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.Sedangkan designe atap rumah atau bale tani, ini umumnya dengan sistim jurai yang atapnya terbuat dari alang-alang dimana ujung atap bagian Serambi (sesangkok) sangat rendah sebatas kening pada ketinggian orang berdiri, hal ini dikandung maksud agar siapapun yang datang dan hendak duduk diserambi rumah tersebut maka dia akan merunduk, sikap tunduk ini diartikan saling hormat menghormati dan saling menghargai antara tamu dengan tuan rumah.Adapun dinding rumah bale tani ini terdiri dari bedek disekitar kamar dalem bale, sebangkan pada serambi/ sesangkok tidak menggunakan dinding melainkan terbuka lebar, pondasi bale tani ini terbuat dari tanah yang artinya, bahwa manusia itu tidak dapat dipisahkan dengan tanah sebab tanah adalah unsur meterial penciptaan manusia oleh Allah SWT. Antara serambi/sesangkok dengan kamar (dalem bale) tidak sama, kamar lebih tinggi dari pada serambi, untuk masuk kekamar (dalem bale) dibuatkan tangga ( undak-undak ) yang biasanya dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri, dengan tidak samanya tinggi pondasi serambi (sesangkok) dengan kamar (dalem bale) tersebut.Hal ini diartikan bahwa siapapun manusia ciptaan Tuhan tidak akan sama ketaqwaannya, ilmu pengetahuannya maupun kekayaannya, dengan dibentuknya pondasi seperti ini, maka diharapkan agar kita semua senantiasa ingat akan segala kekurangan dan kelebihan itu sebagai rahmat Tuhan. Adapun tinggi pondasi rumah bale tani ini berkisar yaitu untuk serambi dengan ketingian 70 – 80 Cm. Dari permukaan tanah sedangkan ketinggian untuk kamarnya sekitar 50 – 60 Cm. Dari permukaan serambi, sehingga setiap bale tani selalu ada tangga (undak-undak) yang sama bahan pembuatannya dengan bahan pondasi, dari halaman (leleyah) untuk masuk ke rumah, juga dibuatkan tangga (undak-undak), pada umumnya lingkungan bangunan rumah lokasi pemukiman tersebut senantiasa didukung/dilengkapi dengan sarana penyimpanan hasil pertanian seperti bangunan Sambi, alang dan lumbung sebagaimana khasnya bangunan gedung di Pulau Lombok masa kini, disamping itu pula ada bangunan sekepat / berugaq dan sekenam.
2. BALE  J A J A R :
Bale Jajar adalah merupakan bangunan rumah tinggal bagi masyarkat komunitas Sasak dikalangan masyarakat… golongan ekonomi menengah keatas,, bentuknya hampir sama dengan bale tani, sedangkan bedanya Bale Jajar memiliki dua kamar (dalem bale) dan satu serambi (Sesangkok) diantara dua kamar tersebut terpisah dengan adanya lorong/koridor dari serambi / sesangkok menuju dapur dibagian belakang pada dua kamar (dalem bale) tersebut satu kamar lebih kecil dari kamar yang lain, sedangkan posisi tangga/pintu koridornya terletak pada sepertiga dari panjang bangunan bale jajar, designe atap sama sengan bentuk bale tani akan tetapi, pada bale jajar difasilitasi dengan dapur dibelakang yang sebagiannya untuk kandang ternak peliharaan dan atau tempat menyimpan alat pertanian yang dimiliki, bale jajar ini hingga sekarang masih kita temui ditempat – tempat tertentu, misalnya diperkampunganorang-orang bangsawan di Desa Mantang Kec. Batukliang, Desa Sengkol Kec. Pujut dan Desa Bonjeruk, Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Lombok Tengah.Bale Jajar ini menggunakan bahan terediri dari tiang kayu, dinding bedek dan atap dari alang-alang, akan tetapi ada dibeberapa tempat sudah mulai menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya, bangunan bale jajar ini biasanya berada dilingkungan pemukiman yang luas dan rata-rata memiliki halaman yang cukup luas dan umumnya bangunan bale jajar ini ditengarai pula dengan menjulang tingginya alang / sambi sebagai tempat penyimpanan logistik kebutuhan rumah tangga dan atau keluarga lainnya.Dibagian depan rumah bale jajar ini bertengger sebuah bangunan kecil dinamakan berugaq atau sekepat dan dibagian belakang rumah bale jajar berdiri sebuah bangunan yang dinamakan Sekenam, bangunan sekenam ini hampir sama seperti berugaq atau sekepat, yang membedakan adalah tiangnya berjumlah enam.
3. BERUGAQ / SEKEPAT :
Berugaq / Sekepat adalah merupakan salah satu bangunan pendukung dalam… tata ruang bangunan tradisional Sasak, berugaq ini berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) bangunan ini terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya dengan tidak menggunakan dinding, berugaq atau sekepat ini biasanya ditempatkan pada depan samping kiri atau kanan bangunan rumah bale jajar atau bale tani, berugaq / sekepat ini didirikan setelah dibuat kan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan tiangnya berjumlah empat diantara tiang yang empat dibuat lantai dengan ketinggian 40 – 50 Cm. beralaskan papan kayu dan atau bilah bambu dianyam dengan tali pintal (Peppit), dibagian atasnya ada kayu ganda sebagai mirplatnya kemudian diatap dengan alang-alang, berugaq / sekepat ini tidak akan pernah didapati dalam bentuk atap gudangan akan tetapi ciri khasnya adalah dengan atap jurai.Fungsi dan kegunaan Berugaq / sekepat adalah sebagai tempat menerima tamu, menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk kerumah, oleh karena itu dibuatlah berugaq / sekepat ini sebagai alternatif tempat untuk menerima tamu, disamping itu pula bagi pemilik rumahyang memiliki gadis, ditempat inilah ia menerima pemuda yang datang midang, lebih lanjut berugaq / sekepat ini harus dalam bentuk terbuka tidak memiliki dinding apalagi penyekat karena siapapun berada ditempat itu akan dapat dilihat dan disaksikan oleh semua orang, disamping itu juga untuk menjaga agar hal-hal yang negatif tidak akan terjadi, terlebih lagi jika tamu laki-laki datang disaat tuan rumah sedang tidak ada ditempat, maka diberugaqlah tempat duduknya.Menurut beberapa Nara Sumber menjelaskan bahwa, tiang Berugaq / Sekepat yang berjumlah empat tersebut, digambarkan beberapa hal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat komunitas Sasak dimasa lampau yaitu : Kebenaran yang harus diutamakan ; Kepercayaan diri dalam memegang amanah ; dalam menyampaikan sesuatu hendaknya berlaku jujur dan polos dan sebagai orang yang beriman hendaknya pandai / cerdas dalam menyikapi masah (tanggap) , atap yang memayungi Berugaq/Sekepat tersebut, menggambarkan bahwa Tuhan Maha tahu atas segalanya, baik yang tersirat maupun yang tersurat apalagi.
4. S E K E N A M :
Sekenam merupakan sarana pendukung dalam tata ruang pemukiman masyarakat komunitas… Sasak, designe dan ornamennya hampir sama dengan berugaq / sekepat, hanya yang membedakan adalah kalau berugaq / sekepat memiliki tiang empat buah sedangkan sekenam memiliki tiang sebanyak enam buah, bangunan sekenam ini biasanya dibangun atau diletakkan pada bagian belakang rumah, dan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tentang Tata Krama, ilmu sosial lainnya dan dipergunakan pula sebagai tempat pertemuan keluarga secara internal.
5. BALE B O N T E R :
Bale Bonter adalah sebuah bangunan tradisional Sasak yang umumnya ….dimiliki oleh para perkanggo/ Pemerintah Desa, Dusun / kampung, bale bonter ini dipergunakan sebagai temopat pesangkepan / persidangan adat antara lain sebagai tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat, tempat pembuatan awig-awig baik Awig-awig Desa maupun Gubug atau kampung/ banjar keluarga.Bale Bonter ini dapat juga disebut Gedeng Pengukuhan dan tempat menyimpanan benda-benda bersejaran atau pusaka warisan keluarga, bale Bonter ini berbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9 buah dan paling banyak 18 buah tiang, bangunan ini dikelilingi dengan dinding bedek atau tembok ditengahnya tidak memiliki sekat, melainkan seperti aula, designe atap tidak memakai nock / sun, hanya pada puncak atapya itu menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna hitam.Bale Bonter ini biasanya dibangun ditengah-tengah pemukiman dan atau dapat pula dibangun di pusat pemerintahan Desa / kampung.
6. BALE B E L E Q BENCINGAH) :
Bale Beleq adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan,…. dimana bale beleq ini diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan, bale beleq ini dapat pula disebut “Bencingah” sebab ditempat ini Datu / Raja menyelenggarakan upacara ceremonial kerajaan seperti :- Pelantikan Pejabat Kerajaan- Penobatan Putra Mahkota Kerajaan- Kegiatan anjenengan- Pengukuhan/penobatan para Kiyai Penghulu (Pendita) Kerajaan,, disamping itu ditempat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka / dokumen dokumen KerajaanBale Beleq ( Bencingah) ini tidak dapat dibuka pada sembarang waktu, melainkan hanya boleh dibuka pada waktu-waktu tertentu sesuai perintah Sang Raja ( Datu). bentuk Bangunan Bale Beleq (Bencingah) ini pondasi dibuat lima trap tangga (undak-undak), hal ini disesuaikan dengan keberadaan / status serta struktur Pemerintahan pada masa itu / eksistensi Kerajaan Selaparang & Pejanggiq.Bangunan berbentuk segi empat bujur sangkar, disetiap penjurunya ditambah dengan semacam teras akan tetapi menyatu dengan induk bangunan tersebut hal ini nejunjukkan bahwa, kecerdasan itu akan nampak manakala menyampaikan sesuatu yang benar dan yang benar itu wajib dipercaya, prilaku yang seperti inilah bentuk dari watak dan karaktristik masyarakat komunitas Sasak yang sebenarnya.
7. BALE  T A J U K :
Bale Tajuk ini salah.. satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga besar dan luas, bale tajuk ini berada ditengah lingkungan keluarga santana, bangunan ini dipergunakan sebagai fasilitas pertemuan keluarga besar yang ada, disamping itu juga sebagai tempat pelatihan macapat takepan, Lontar maupun Bell sebagai suatu upaya dalam menambah wawasan tentang pustaka lama, belajar Tata Krama.Bentuk dan ciri khas bale tajuk, pada umumnya dengan denah segi lima dengan tiang berjumlah lima buah, ini melambangkan bahwa masyarakat komunitas Sasak adalah masyarakat yang religius yang menurut keyakinan mereka, setiap mahluk hidup pasti akan mati, setiap sesuatu yang lahir maka pasti akan berakhir, pada pondasi bersusun tiga trap menunjukkan rasa syukur atas nikmat Tuhan, kesabaran jiwa dalam menempuh segala ujian dan ikhlas dalam pengabdiannya kepada Nusa, Bangsa serta Agama yang dianut.Disamping bentuk dan designe bangunan rumah adat Sasak seperti tersebut diatas, adapula jenis bangunan lain seperti Bale “Gunung Rate” dan Bale “Balaq”, Bale Gunung Rate ini biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal lereng pegunungan, sedangkan Bale Balaq ini sesuai dengan namanya balaq artinya bencana, maka untuk menghindari bencana banjir, maka masyarakat dipesisir pantai membangun rumah Bale Balaq, bangunan iniberbentuk rumah panggung.
Sekian dari saya, semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita dalam mengenal Budaya-budaya yang berada di Indonesia, salah satunya di NTB.
By: ical